(ditulis oleh: Al-Ustadz Abulfaruq Ayip Syafruddin)
Ya`juj dan Ma`juj, bangsa yang nanti akan muncul menjelang
hari kiamat memang sudah ada sekarang di sebuah wilayah yang dipagari
oleh sebuah “benteng”. Namun benarkah mereka telah berhasil menembus
dinding besi dan tembaga yang mengisolir mereka selama ini kemudian
mewujud dalam bangsa yang mendiami wilayah Rusia dan
negaranegara pecahan Soviet di Asia Tengah dan sebagian Eropa? Dan
benarkah mereka adalah bangsa Mongol (Tartar)?
Asyrathus Sa’ah ( أَشْرَاطُ السَّاعَةِ) mengandung pengertian
asy-syarthu ( الشَّرْطُ) yang bermakna tanda (al-‘alamah).
Bentuk jamaknya asyrath ( أَشْرَاطٌ ). Tanda sesuatu adalah
permulaannya. Misal, seorang komandan, berarti dia adalah orang yang di
depan memimpin pasukan (bawahannya). Sedangkan kata as-sa’ah (
السَّاعَةُ ) secara bahasa memiliki makna satu bagian dari bagian-bagian
malam dan siang. Bentuk jamaknya sa’at ( سَاعَاتٌ ) dan sa’a ( سَاعَ ).
As- Sa’ah menurut istilah syar’i yaitu waktu terjadinya kiamat. Disebut
kiamat lantaran cepatnya hisab pada hari itu, atau pada waktu itu
manusia terkejut dalam hentakan sesaat, kemudian semua mengalami
kematian dalam satu tiupan. (An-Nihayah fi Gharibil Hadits, Lisanul
‘Arab, dan Al-Qamus Al-Muhith. Lihat Asyrathus Sa’ah, karya Yusuf
Al-Wabil) Maka, Asyrathus Sa’ah adalah tandatanda kiamat yang mendahului
tibanya
(hari kiamat) serta menunjukkan akan dekatnya.
Tanda-tanda kiamat terbagi menjadi dua bagian, yaitu asyrath shughra,
yaitu tanda-tanda yang mendahului kiamat dalam rentang waktu yang
panjang, seperti pudarnya ilmu (di tengah kehidupan umat, pent.),
berkembangnya kebodohan (terhadap agama), merebaknya minuman
keras, banyaknya bangunan bertingkat, dan lainlain.
Adapun yang kedua, yaitu asyrath kubra. Ini merupakan tanda-tanda
yang berupa kejadian-kejadian besar yang terjadi menjelang hari kiamat.
Apa yang terjadi merupakan peristiwa-peristiwa yang luar biasa, seperti
kemunculan Dajjal, turunnya Isa ‘alaihissalam, keluarnya Ya`juj dan
Ma`juj, serta terbitnya matahari dari barat. (Asyrathus Sa’ah, karya
Ysusf Al-Wabil)
Al-Qur`an mengungkap fenomena kemunculan Ya`juj dan Ma`juj sebagai bagian dari kejadian-kejadian menjelang hari kiamat.
“Hingga apabila dibukakan (dinding) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka
turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah
kedatangan janji yang benar (hari kiamat), maka tiba-tiba terbelalaklah
mata orang-orang yang kafir.
(Mereka berkata): ‘Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah
dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang
dzalim’.” (Al-Anbiya`: 96-97)
Juga dalam surat Al-Kahfi ayat 92-99 dinyatakan pula perihal Ya`juj dan Ma`juj:
“Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga apabila
dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan
keduanya, suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka
berkata: ‘Hai Dzulqarnain1, sesungguhnya Ya`juj dan Ma`juj itu
orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami
memberikan suatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara
kami dan mereka?’ Dzulqarnain berkata: ‘Apa yang telah dikuasakan oleh
Rabbku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka bantulah
aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding
antara kalian dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi.’ Hingga
apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung
itu, berkatalah Dzulqarnain: ‘Tiuplah (api itu).’
Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun
berkata: ‘Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atas
besi panas itu.’ Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak
bisa (pula) melubanginya. Dzulqarnain berkata: ‘Ini (dinding) adalah
rahmat dari Rabbku, maka apabila telah datang janji Rabbku Dia akan
menjadikannya hancur luluh; dan janji Rabbku itu adalah benar.’ Kami
biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain,
kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu
semuanya.”
Kemunculan Ya`juj dan Ma`juj merupakan satu dari tanda-tanda kiamat
besar. Ini sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Al-Imam
Muslim Rahimahullahu dari Hudzaifah bin Usaid Al-Ghifari
Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Nabi Shalallahu’alaihiwassallam muncul di
hadapan kami di mana saat itu kami tengah berbincang-bincang. Maka
beliau bertanya: “Apa yang kalian perbincangkan?” Mereka (para sahabat)
menjawab: “Kami sedang berbincang tentang hari kiamat.” Lantas Nabi
shalallahu’alaihiwassalam bersabda:
إِنَّهَا لَنْ تَقُومَ حَتَّى تَرَوْنَ قَبْلَهَا عَشْرَ آيَاتٍ، فَذَكَرَ
الدُّخَانَ، وَالدَّجَّالَ، وَالدَّابَّةَ، وَطُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ
وَيَأْجُوجَ ،n مَغْرِبِهَا، وَنُزُولَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ
وَمَأْجُوجَ، وَثَلَاثَةَ خُسُوفٍ: خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ
وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ وَخَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرَبِ، وَآخِرُ
ذَلِكَ نَارٌ تَخْرُجُ مِنْ الْيَمَنِ تَطْرُدُ النَّاسَ إِلَى
مَحْشَرِهِمْ
“Sesungguhnya tidak akan terjadi hari kiamat hingga kalian melihat
sebelumnya sepuluh tanda. Kemudian Beliau
Shalallahu’alaihiwassallam menyebutkan: Muncul Dajjal, binatang
(yang keluar dari bumi), matahari terbit dari barat, Isa bin Maryam
turun (ke bumi), Ya`juj dan Ma`juj, tiga khusuf2, yaitu di timur,
barat, dan jazirah Arab. Lantas akhir semua itu muncul api yang keluar
dari Yaman yang menghalau manusia ke tempat berkumpul mereka.” (Shahih
Muslim, Kitabu Al-Fitan wa Asyrathu As-Sa’ah)
Bahkan dalam hadits yang berasal dari An-Nawwas bin Sam’an
Radhiallahu’anhu (dalam Shahih Muslim) disebutkan kemunculan Ya`juj
dan Ma`juj ini dalam satu rangkaian dengan kemunculan Dajjal, Isa bin
Maryam, lantas muncul Ya`juj dan Ma`juj. Semua peristiwa tersebut adalah
peristiwa-peristiwa yang
akan mendahului terjadinya hari kiamat. Nampaklah bahwa peristiwa
demi peristiwa jelang hari kiamat merupakan peristiwa yang tersusun
bagai marjan dalam satu untaian tali. Al-Imam Ahmad
Rahimahullahu meriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahuanhu, dia
berkata: Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam bersabda:
الْآيَاتُ خَرَزَاتٌ مَنْظُومَاتٌ فِي سِلْكٍ فَإِنْ يُقْطَعِ
السِّلْكُ يَتْبَعْ بَعْضُهَا بَعْضًا
“Tanda-tanda hari kiamat (bagaikan) marjan yang disusun dalam untaian
tali. Bila tali itu putus, maka terikutlah sebagian pada sebagian
(lainnya).” (Musnad Ahmad 12: 6-7, hadits no. 7040. Ahmad Syakir
Rahimahullahu berkata, “Sanadnya shahih.” Al-Haitsami
Rahimahullahu berkata, “Hadits ini diriwayatkan Ahmad dan di dalamnya
terdapat Ali bin Zaid yang bagus haditsnya.” Majma’uz Zawaid, 7/321.
Lihat Asyrathu As-Sa’ah, Yusuf Al-Wabil, hal. 246) Ya`juj dan Ma`juj
merupakan anak keturunan Nabi Adam ‘Alaihissalam (manusia).
Dalil yang menunjukkan mereka dari anak cucu Adam adalah hadits yang
diriwayatkan Al-Imam Bukhari Rahimahullahu dari Abu Sa’id Al-
Khudri Radhiyallahu’anhu dari Rasulullah Salallahu’alaihi wassallam, bersabda:
Allah Subhanahuwata’ala berfirman: “Wahai Adam.” Adam menjawab: “Aku
sambut panggilan-Mu dan dengan bahagia aku penuhi perintah-Mu, segala
kebaikan berada di tangan-Mu. Kemudian Allah l berfirman,
“Keluarkanlah pasukan penghuni neraka.” Adam bertanya, “Apa pasukan
penghuni neraka itu?”
AllahSubhanahuwata’ala berfirman, “Dari setiap 1.000 orang ada 999
orang.” Maka, ketika itu anak-anak kecil rambutnya beruban, yang hamil
melahirkan kandungannya, dan kamu lihat manusia mabuk padahal mereka
tidak mabuk, akan tetapi karena adzab Allah Subhanahuwata’ala yang
teramat keras. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa di antara
kami yang satu itu?” Beliau jawab, “Bergembiralah, karena kamu hanya
seorang sedang dari kalangan Ya`juj dan Ma`juj seribu orang.”
(Shahih Al-Bukhari, Kitab Al-Anbiya` Bab Qishshah Ya`juj wa
Ma`juj) Berdasar hadits ini pula, Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di t
menyatakan
bahwa Ya`juj dan Ma`juj adalah keturunan manusia. Kata beliau, “Hadits
ini jelas sekali menyatakan bahwa Ya`juj dan Ma`juj adalah keturunan
Adam.” Demikian pula Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Rahimahullahu dalam Tafsiru Surati Al-Kahfi menyebutkan bahwa dengan
hadits ini kita mengetahui kesalahan mereka yang berpendapat Ya`juj dan
Ma`juj bukan berujud seperti manusia. Sebagian mereka sangat pendek dan
sebagian lagi sangat tinggi tubuhnya. Sebagian telinganya terpentang dan
yang lain berlipat. Semuanya merupakan dongeng Israiliyat. Tidak
boleh kita membenarkan (begitu saja), bahkan harus dikatakan bahwa
sesungguhnya mereka termasuk bani Adam (manusia), hanya saja mereka
kemungkinan berbeda seperti perbedaan (di antara) manusia karena keadaan
lingkungannya.” Demikian kata Asy-Syaikh Al-Utsaimin
Rahimahullahu. Karakteristik Ya`juj dan Ma`juj di muka bumi ini adalah
melakukan kerusakan. Allah Subhanahuwata’ala berfirman:
“Mereka berkata, ‘Hai Dzulqarnain, No.37/IV/1428 H/2007 sesungguhnya
Ya`juj dan Ma`juj itu orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi….”
(Al-Kahfi: 94) Kata Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin
Rahimahullah, yang dimaksud Al-Ifsad (membuat kerusakan) di muka bumi
mencakup semua perbuatan yang tidak baik dan tidak memperbaiki. Merusak
dengan membunuh, merampok atau merampas, penyimpangan, kesyirikan, dan
dalam segala hal.
Ibnu Katsir t saat memberi penjelasan pada ayat:
“Hingga apabila dibukakan (dinding) Ya`juj dan Ma`juj, dan mereka turun
dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.” (Al-Anbiya’: 96)
disebutkan bahwa (mereka) orang-orang yang cepat dalam berjalan guna
membuat kerusakan.
Al-Imam Muslim Rahimahullah dalam Shahihnya meriwayatkan dengan memberi
tambahan (pada hadits An-Nawwas bin Sam’an Radhiallahu’anhu) setelah
lafal “di danau ini pernah ada air” dengan sabda beliau yang artinya:
“Kemudian mereka berjalan hingga Gunung Khumar, yaitu Gunung di Baitul
Maqdis, maka mereka (Ya`juj dan Ma`juj) berkata, ‘Sungguh kita telah
membunuh penduduk bumi. Maka,
marilah kita bunuh penduduk langit.’ Lalu mereka melepaskan anak panah
mereka ke langit, kemudian Allah Subhanahuwata’ala kembalikan anak-anak
panah mereka itu kepada mereka dengan berlumuran darah. (Shahih Muslim,
tambahan hadits no. 2937)
Begitulah laku lampah Ya`juj dan Ma`juj. Destruktif, membuat onar,
berbuat kerusakan di muka bumi. Timbul pertanyaan, kapan Ya`juj dan
Ma`juj muncul? Sudahkah Ya`juj dan Ma`juj muncul di era lalu atau bahkan
di zaman sekarang ini?
Ada beberapa kalangan yang berpendapat bahwa Ya`juj dan Ma`juj telah ada
dewasa ini. Seperti dinukil Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di
rahimahulah dalam kitabnya Ya`juj wa Ma`juj wa Fitnatu Ad-Dajjal (hal.
21), bahwa Al-Amir Syakib Arsalan dan selainnya berpandangan
sesungguhnya Ya`juj dan Ma`juj adalah negara Soviet atau sebagian dari
mereka. Tidak diragukan sesungguhnya mereka adalah bagian dari Ya`juj
dan Ma`juj. Demikian diungkapkan Al-Amir Syakib Arsalan. Lain halnya
dengan Sayyid Quthub. Dia berpendapat, secara tarjih, bukan yakin,
bahwa janji Allah subhanahuwata’ala untuk melubangi dinding telah
terjadi serta Ya`juj dan Ma`juj telah keluar. Mereka adalah bangsa
Tartar
yang muncul pada abad ke-7 Hijriyah. Mereka telah menghancurkan
kerajaan-kerajaan Islam dan menebar kerusakan di muka bumi. (Asyrathu
As-Sa’ah, Yusuf Al-Wabil hal. 378)
Dalam hadits An-Nawwas bin Sam’an radhiallahu’anhu disebutkan bahwa
Allah subhanahuwata’ala memberitahukan kepada Isa ‘alahissalam akan
keluarnya Ya`juj dan Ma`juj yang tidak ada seorang pun mampu memerangi
mereka, dan Allah subhanahuwata’ala memerintahkan Isa alaihissalam
menjauhkan kaum mukminin dari jalan yang ditempuh Ya`juj dan Ma`juj
seraya berfirman: “Kumpulkan hamba-hamba-Ku ke gunung Ath-Thur.” (lihat
syrathu
As-Sa’ah, Yusuf Al-Wabil hal. 369)
Berdasarkan hadits An-Nawwas bin Sam’an radhiallahu’anhu dalam Shahih
Muslim, maka akan nampak bahwa kemunculan Ya`juj dan Ma`juj bersamaan
masa dengan kehadiran Isa ‘alaihissalam. Maka apabila Ya`juj dan Ma`juj
dinyatakan telah muncul, tentu akan timbul pertanyaan, bagaimana dengan
Isa ‘alaihissalam?
Asy-Syaikh Muhammad Al-Amin bin Muhammad Al-Mukhtar Asy-Syinqithi rahimahullah menyatakan setelah beliau rahimahullah memaparkan
hadits An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu’anhu yang panjang, “Berdasar
hadits shahih ini, sungguh aku telah melihat penjelasan Nabi
shalallahu’alaihi wassalam: ‘Sesungguhnya Allah subhanahuwat’ala telah
mewahyukan kepada Isa bin Maryam perihal keluarnya Ya`juj dan Ma`juj
setelah terbunuhnya Dajjal.’ Barangsiapa yang menyatakan bahwa mereka
(Ya`juj dan Ma`juj) adalah Rusia, dan dinding itu telah roboh sejak
dulu,
maka pendapatnya tersebut menyelisihi apa yang telah dikabarkan
Ash-Shadiqu Al-Mashduq (Rasulullah) shalaallahu’alaihi wassalam, maka
batil. Karena sesungguhnya, yang menentang kabar Ash-Shadiq adalah
pendusta yang membahayakan, sebagaimana dimaklumi. Tidak ada sesuatu
yang kuat dalam Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya shalallahu’alaihi
wassalam yang bisa memalingkan hadits (An-Nawwas bin Sam’an
radhiallahu’anhu, ed.) ini yang anda telah melihat keshahihan sanadnya
serta memberi kejelasan dalil-dalilnya tentang maksud yang dituju.
Pada hakekatnya, yang menjadi sandaran bagi orang-orang yang menyatakan
bahwa Ya`juj dan Ma`juj adalah Rusia, demikian pula orang-orang mulhid
(atheis), adalah alasan-alasan logika, yang telah menjadi keyakinan
pemiliknya.” (Adhwa`u Al-Bayan fi Idhah Al-Qur`an bi Al-Qur`an,
hal. 141-142)
Menurut mereka, kalau Ya`juj dan Ma`juj itu sudah ada di balik
benteng tersebut, tentu sudah ditemukan lokasinya. Apalagi dengan adanya
kemajuan teknologi yang pesat dan alat-alat yang canggih untuk
mendeteksi keberadaan mereka. Tapi, karena tidak ada orang yang
menemukan
mereka atau lokasi mereka, berarti Ya`juj dan Ma`juj belum pernah ada.
Logika seperti ini dapat dibantah dengan realita bahwa banyak hal yang
masih belum mampu diungkap hakekatnya, secanggih apapun teknologi yang
dikuasai manusia. Ruh misalnya. Ruh, yang demikian dirasakan
keberadaannya, selalu menyertai, tetapi belum pernah terungkap
eksistensi dan substansinya. Maka, yang menjadi salah satu tanda-tanda
datangnya hari kiamat besar, yaitu keluarnya Ya`juj dan Ma`juj pada
akhir zaman, belum terjadi. Sebab, hadits-hadits yang shahih menunjukkan
bahwa Ya`juj dan Ma`juj keluar setelah Isa q turun ke bumi. Dialah yang
berdoa kepada Allah subhanahuwata’ala agar membinasakan Ya`juj dan
Ma`juj. Allah Subhanahuwata’ala pun lantas membinasakan dan membuang
bangkai mereka ke laut, serta mengamankan negara-negara dan
hamba-hamba-Nya dari kejahatan Ya`juj dan Ma`juj.