2013-03-07

7 Sunnah Nabi Muhammad SAW Hidup Berkah, Sukses, Dan Bahagia

 7 Sunnah Nabi Muhammad SAW Hidup Berkah, Sukses, Dan Bahagia Cerdasnya orang yang beriman adalah, menjaga sudah-sunah yang di terapkan Nabi Muhammad SAW dan dia yang mampu mengolah hidupnya yang sesaat, yang sekejap untuk hidup yang panjang. Hidup bukan untuk hidup, tetapi hidup untuk Yang Maha Hidup. Hidup bukan untuk mati, tapi mati itulah untuk hidup. Kita jangan takut mati, jangan mencari mati, jangan lupakan mati, tapi rindukan mati. Karena, mati adalah pintu berjumpa dengan Allah SWT. Mati bukanlah cerita dalam akhir hidup, tapi mati adalah awal cerita sebenarnya, maka sambutlah kematian dengan penuh ketakwaan. Hendaknya kita selalu menjaga tujuh sunnah Nabi setiap hari. Berikut 7 Sunnah Nabi Muhammad SAW yang menjadikan Hidup Berkah, Sukses, Dan Bahagia
7 Sunnah Nabi Muhammad SAW Hidup Berkah, Sukses, Dan Bahagia

Menjaga Wudhu

Salah satu hal yang disukai rasulullah adalah menjaga wudhu, sebagaimana diriwayatkan dalam HR.al-Bukhari dan Muslim no.132 & 363, Abu Hurairah ra. berkata : Aku pernah mendengar Nabi SAW bersabda : “Sesungguhnya pada hari kiamat nanti umatku akan dipanggil dalam keaddan putih cemerlang dari bekas wudhu’. Barang siapa yang mampu untuk memanjangkan tempat basuhan kepalanya, maka kerjakanlah hal itu.”

Tahajud & Witir

Keutamaan Shalat sunah tarawih dan witir diantaranya sebagai berikut :
1.  Mengerjakan ibadah sunah pada bulan Ramadan sama pahalanya dengan mengerjakan ibadahwajib. Maka jika kita mengerjakan salat sunahtarawih dan witir dari malam pertama sampai akhirbulan Ramadan, Insya Allah kita akan mendapat balasan berupa pahala yang berlipat ganda dariAllah swt.
2.  Salat tarawih dan salat witir bisa menghapus dosa-dosa yang telah lalu. Rasulullah saw bersabda:
     ”Barangsiapa mengerjakan puasa dengan penuh iman dan mencari pahala kepada Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
     Dengan mengerjakan salat sunah witir, maka kita dimasukkan dalam golongan orang-orang yang dicintai Nabi Muhammad saw.
     Rasulullah saw bersabda:
     Dari Abi Hurairah ra, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah saw: ”Barangsiapa yang tidak mengerjakan witir, maka bukanlah golongan kami.” (HR. Ahmad)
3.  Melatih disiplin terhadap segala hal, terutama dalammemanfaatkan waktu secara baik dan benar.
4.  Melatih diri untuk bersikap sabar dalammenjalankan kegiatan sehari-hari.
5.  Dengan adanya salat tarawih dan witir menandakanbahwa tidak ada perbedaan perintah terhadaporang yang kaya maupun miskin. Di hadapan Allahswt, manusia adalah sama, yang membedakannyahanyalah ketakwaan.
     Allah swt berfirman:
     ”…Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa…”
     (QS. Al-Hujurat: 13)
6.  Salat tarawih dan witir ini mendidik kita untukbertanggung jawab terhadap diri sendiri jugaterhadap Allah swt.
7.  Dengan melaksanakan salat tarawih atau witir, kitabisa menambah semarak syiar agama Islam.

Shalat Berjama’ah


Keutamaan Shalat Berjamaah
 berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Abu Hurairah
صَلَاةُ الرَّجُلِ فِي الْجَمَاعَةِ تُضَعَّفُ عَلَى صَلَاتِهِ فِي بَيْتِهِ وَفِي سُوقِهِ خَمْسًا وَعِشْرِينَ ضِعْفًا وَذَلِكَ أَنَّهُ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ لَا يُخْرِجُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلَّا رُفِعَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ فَإِذَا صَلَّى لَمْ تَزَلْ الْمَلَائِكَةُ تُصَلِّي عَلَيْهِ مَا دَامَ فِي مُصَلَّاهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ وَلَا يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاةٍ مَا انْتَظَرَ الصَّلَاةَ
“Shalat seorang laki-laki dengan berjama’ah dibanding shalatnya di rumah atau di pasarnya lebih utama (dilipat gandakan) pahalanya dengan dua puluh lima kali lipat. Yang demikian itu karena bila dia berwudlu dengan menyempurnakan wudlunya lalu keluar dari rumahnya menuju masjid, dia tidak keluar kecuali untuk melaksanakan shalat berjama’ah, maka tidak ada satu langkahpun dari langkahnya kecuali akan ditinggikan satu derajat, dan akan dihapuskan satu kesalahannya. Apabila dia melaksanakan shalat, maka Malaikat akan turun untuk mendo’akannya selama dia masih berada di tempat shalatnya, ‘Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah dia’. Dan seseorang dari kalian senantiasa dihitung dalam keadaan shalat selama dia menanti pelaksanaan shalat.” (HR. Al-Bukhari no. 131 dan Muslim no. 649)
dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:tDari Abu Musa
إِنَّ أَعْظَمَ النَّاسِ أَجْرًا فِي الصَّلَاةِ أَبْعَدُهُمْ إِلَيْهَا مَمْشًى فَأَبْعَدُهُمْ وَالَّذِي يَنْتَظِرُ الصَّلَاةَ حَتَّى يُصَلِّيَهَا مَعَ الْإِمَامِ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنْ الَّذِي يُصَلِّيهَا ثُمَّ يَنَامُ
“Manusia paling besar pahalanya dalam shalat adalah yang paling jauh perjalannya, lalu yang selanjutnya. Dan seseorang yang menunggu shalat hingga melakukannya bersama imam, lebih besar pahalanya daripada yang melakukannya (sendirian) kemudian tidur.” (HR. Muslim no. 662)
dia berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:tDari Abu Ad-Darda`
مَا مِنْ ثَلَاثَةٍ فِي قَرْيَةٍ وَلَا بَدْوٍ لَا تُقَامُ فِيهِمْ الصَّلَاةُ إِلَّا قَدْ اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمْ الشَّيْطَانُ فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ الْقَاصِيَةَ
“Tidaklah tiga orang di suatu desa atau lembah yang tidak didirikan shalat berjamaah di lingkungan mereka, melainkan setan telah menguasai mereka. Karena itu tetaplah kalian (shalat) berjamaah, karena sesungguhnya srigala itu hanya akan menerkam kambing yang sendirian (jauh dari kawan-kawannya).” (HR. Abu Daud no. 547, An-Nasai no. 838, dan sanadnya dinyatakan hasan oleh An-Nawawi dalam Riyadh Ash-Shalihin no. 344)
Dari Ibnu Umar -radhiallahu anhuma-, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً
“Shalat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada shalat sendirian.” (HR. Al-Bukhari no. 131 dan Muslim no. 650)
Kesimpulannya :
Karena besarnya urgensi shalat berjamaah bagi keumuman lingkungan kaum muslimin dan bagi setiap individu yang ada di dalamnya, Allah Ta’ala menjanjikan untuknya pahala yang besar dan Ar-Rasul -alaihishshalatu wassalam- senantiasa memotifasi untuk mengerjakannya. Dan beliau -alaihishshalatu wassalam- mengabarkan bahwa shalatnya seseorang secara berjamaah jauh lebih utama daripada shalat sendirian dan bahwa shalat berjamaah merupakan sebab terjaganya kaum muslimin dari setan. Keutamaan yang pertama untuk individu dan yang kedua untuk masyarakat kaum muslimin.

Tadabur Al-Qur’an


Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian menganggap Al-Quran sebagai kumpulan surat dari Rabb mereka, oleh karenanya mereka mentadabburinya disaat malam serta mengamalkannya di siang hari. (Al-Hasan Bashri Rahimahullah)
Apakah Tadabbur Itu?
Ahmad Salim Badwilan menuliskan bahwa, Tadabbur adalah Anda dapat mengetahui makna-makna dan ibroh saat Anda membaca Al-Qur’an, bukan hanya sekedar ingin membaca dengan cepat agar segera khatam saja.
Al-Maidani mengatakan, “Tadabbur adalah perenungan menyeluruh yang menghubungkan kepada maksud sebuah ungkapan dan makna-maknanya yang sangat mendalam.” (Qawaaid at-Tadabbur al-Amtsal li Kitabillah, hal 10).
Adapun makna Tadabbur Al-Quran, sebagaimana dikatakan Dr. Khalid bin Abdul Karim Al-Laahim, adalah: Perenungan dan percermatan ayat-ayat Al-Quran untuk tujuan dipahami, diketahui makna-maknanya, hikmah-hikmah serta maksudnya.
Abu Hamzah menuturkan, “Aku berkata kepada Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma bahwa aku dapat membaca dengan cepat dan menamatkan bacaanku dalam waktu tiga hari. Maka Ibnu Abbas berkata:
“Aku membaca surah Al-Baqarah dengan tartil dalam satu malam dengan mentadabburinya, lebih aku suka daripada membaca seperti Anda membaca.” Dalam riwayat lain disebutkan: “Lebih aku sukai dari membaca cepat, tanpa mentadabburinya.”
Inilah Salafush Shalih
Salafush shalih seringkali mengulang-ulang bacaan untuk menggapai tadabbur Al-Quran. An-Nasai meriwayatkan dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam qiyamullail, membaca suatu ayat yang beliau ulang-ulang sampai waktu Subuh, yaitu ayat: “Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau…” (HR An-Nasa’i dan Ibnu Majah)
Begitu pula sahabat Tamim Ad-Dariy Radhiyallahu ‘Anhu, yang mengulang-ulang ayat ini sampai Shubuh, yaitu: “Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu.” (Al-Jatsiyah 21)
Dari ‘Ibad bin Hamzah berkata, “Saya menemui Asma’ Radhiyallahu ‘Anha sedang membaca, “Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka.” (Ath-Thuur 27)
Kemudian ia berhenti dan mengulanginya serta berdo’a dalam waktu yang lama menurut saya. Maka saya pun pergi ke pasar untuk mencari apa yang saya butuhkan. Kemudian saya pulang sedang ia masih saja mengulang-ulang ayat itu dan berdoa.”
Adh-Dhahak bila membaca ayat: “Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka dan di bawah merekapun lapisan-lapisan (dari api).” (Az-Zumat 16). Beliau terus mengulanginya hingga waktu sahur.
Tips Tadabbur
“Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu berkata: “Bacalah Al-Qur’an dan gunakan untuk menggerakkan hati. Dan janganlah memikirkan akhir surat.”
Abdul Karim Al-Baradi melanjutkan nasehat Ibnu Mas’ud di atas dengan, “Salah satu yang bisa membantu kita membaca Al-Qur’an dengan tadabbur yang dapat menggerakkan hati ialah menjadikan waktu (durasi) membaca sebagai pedoman dan bukan banyaknya ayat yang dibaca. Misalnya daripada membuat jadwal membaca satu juz per hari lebih baik setengah jam per hari. Dengan demikian seorang tidak lagi memikirkan akhir surat.” (SMS Tadabbur al-Quran, hal. 28-29)
Maka bagaimanakah dengan keadaan kita yang mengejar target khatam, sehingga seringkali meninggalkan aspek tadabbur. Sehingga setelahnya tercapainya terget tersebut, kita menjadi pribadi yang tidak mengetahui kandungan dari Al-Qur’an. Hanya kepada Allah-lah kita memohon pertolongan.
Dicari, Lajnah Tadabbur Al-Qur’an!
Prof. Dr. Abdul Karim Bakkar mengatakan, “Kendati menghafal Al-Qur’an sangat penting, namun kita menemukan fakta yang aneh di dunia Islam. Karena kita menjumpai ratusan ribu lembaga pendidikan yang concern pada upaya menghafal Al-Qur’an. Sementara kita nyaris tidak menjumpai lembaga pendidikan yang concern pada upaya merenungkan, memahami dan memikirkan ayat-ayat Al-Qur’an.” (SMS Tadabbur al-Quran, hal. 28)
Kendala Tadabbur
“Salah satu kendala tadabbur.., ungkap Ibnul Qoyyim, ..ialah nyanyian. Karena nyanyian, dapat melenakan hati dan membuatnya tidak dapat memahami, merenungkan apalagi mengamalkan isi Al-Qur’an. Al-Qur’an dan nyanyian tidak akan bisa bersatu di dalam hati, karena keduanya bertolak belakang. Sebab, Al-Qur’an melarang mengikuti hawa nafsu dan menyuruh menjaga kehormatan diri dan menjauhi syahwat. Sedangkan nyanyian justru menyuruh sebaliknya dan menghiasinya. Selain itu nyanyian dapat menggerakkan jiwa menuju syahwat dan kejelekan. (Ibnul Qoyyim, Ighatsatul Lahfan, hal. 248)” (SMS Tadabbur al-Quran, hal. 29)
Beberapa Contoh Tadabbur Al-Quran
·           Contoh Pertama: Ikhlas, Pemecah Masalah.
“Ada seorang pemuda yang sangat gandrung dengan salah satu perbuatan keji. Ia sangat sulit meninggalkannya. Sampai akhirnya Allah ‘Azza wa Jalla mengizinkan perasaan gandrungnya itu lenyap setelah ia merenungkan firman Allah ‘Azza wa Jalla tentang Yusuf Alaihis Salam: “Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS. Yusuf: 24)
Setelah membaca ayat ini ia kembali kepada dirinya dan berkata: “Seandainya aku mau ikhlas kepada Allah ‘Azza wa Jalla, pasti Tuhanku akan menyelamatkan aku sebagaimana Dia menyelamatkan Yusuf.” Lalu, tidak lama kemudian pemuda itu menjadi juru dakwah”. (SMS Tadabbur al-Quran, hal. 146-147)
·           Contoh kedua: I’jaazul Ilmi, Dua Laut yang Berdampingan.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (QS. Al-Furqaan: 53).
Al-Allamah Asy-Syinqithi mengatakan: “Salah satu lokasi fenomena ini ialah sungai Senegal di Samudera Atlantik di dekat kota St. Louis. Saya pernah mengunjunginya pada tahun 1366 H. Saya pernah mandi di Sungai Senegal satu kali dan di Samudera Atlantik satu kali. Saya belum pernah datang ke tempat di mana air tawar dan air asin bertemu. Namun menurut salah seorang kawan yang bisa dipercaya, ia pernah datang ke sana dan mencoba mengambil air tawar dengan salah satu tangannya dan tangan lainnya mengambil air asin. Semuanya berada di tempat yang sama, tetapi satu sama lain tidak bercampur. Maha Suci, Maha Agung dan Maha Sempurna Tuhan yang Menciptakannya. (Adlwa’ul Bayan, 6/65)” (SMS Tadabbur al-Quran, hal. 239-240).
·           Contoh ketiga: Pilihan Allah Lebih Baik Daripada Pilihan Kita.
SMS yang mengutip perkataan Prof. Dr. Nashir Al-Umar, “Tatkala Qarun amblas ditelan bumi, orang-orang yang ingin seperti dia berkata: “Kalau saja Allah tidak melimpahkan karuniaNya kepada kita, niscaya Dia benar-benar telah membenamkan kita ke dalam tanah” (QS. Al-Qashash: 82)
Padahal kemarin mereka memanjatkan do’a: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar” (QS. Al-Qashash: 79).
Cobalah berpikir dan merenung: Berapa banyak do’a yang membuat anda bersedih hati karena tak kunjung dikabulkan? Bahkan ada yang sempat berburuk sangka kepada Tuhan. Lalu bercampur dengan perasaan bimbang, ragu atau putus asa. Dia tidak tahu bahwa pilihan Allah daripada pilihannya sendiri. Persis seperti ketika Allah menghindarkan teman-teman Qarun dari keburukan. Namun tidak ada yang bisa mendapatkannya selain orang-orang yang sabar.”
SMS ini dikirim pada hari-hari ujian. Kemudian muncul komentar berikut ini dari salah seorang partisipan: “Terima kasih banyak kepada anda. Saya seorang mahasiswa yang telah banyak berdo’a pada waktu ujian agar saya mendapatkan nilai sempurna. Namun setelah hasil ujian diumumkan, ternyata nilai saya banyak yang kurang. Saya pun merasa sedih dan resah karena do’a saya tidak dikabulkan. Kemudian setelah saya membaca SMS anda seputar ayat 82 surat Al-Qashash, saya langsung bersyukur kepada Allah, jiwa saya tenang dan merasa lega. Karena do’a tidak akan sia-sia. Barangkali di balik nilai yang kurang itu terdapat kebaikan. (SMS Tadabbur al-Quran, hal. 261-262).
·           Contoh keempat: Terbuai dengan Urusan Dunia.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia” (QS. Ar-Ruum: 7)
Menurut Hasan Al-Bashri, ada orang yang sangat pandai dalam urusan dunia. Bahkan ia mampu mengetahui berat dirham (coin perak) hanya dengan meletakkannya di kukunya. Tetapi ia tidak pandai melaksanakan shalat (Ad-Durrul Mantsur, 6/484)” (SMS Tadabbur al-Quran, hal. 267)
Bagaimana bila perkataan Hasan Al-Bashri di atas dianalogikan dengan keadaan sekarang—dimana ada orang yang begitu hafal tipe HP dengan berbagai merk dan harganya—namun dalam masalah wudhu, ia tidak tahu tata cara wudhu yang dituntunkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?
·           Contoh kelima: Diadzab dengan Sesuatu yang Mereka Banggakan.
“Fir’aun pernah membanggakan dirinya dengan kata-kata: “Dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku” (QS. Az-Zukhruf: 51)
Karenanya Allah ‘Azza wa Jalla menghukumnya dengan sesuatu yang menjadi kebanggaannya, yakni dengan menenggelamkannya di laut. Sedangkan kaum ‘Aad diadzab dengan sesuatu yang paling lembut –yaitu angin— tatkala mereka membanggakan kekuatan mereka dan berkata: “Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?” (QS. Fushshilat: 15). (Ibnu Utsaimin)” (SMS Tadabbur al-Quran, hal. 306).

Shalat Dhuha


Setiap ruas jari salah seorang di antara kalian wajib untuk disedekahi setiap hari. Maka setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, mengajak kepada kebaikan adalah sedekah, dan mencegah dari kemungkaran juga sedekah. Dan semua itu bisa tercukupi (setara) dengan dua raka’at yang dia lakukan di waktu Dhuha.” [HR Muslim 720]
:::::.. “Dalam tubuh manusia ada 360 ruas tulang. Maka wajib baginya setiap hari untuk menyedekahi atas masing-masing ruas tulang tadi dengan suatu sedekah.” Para sahabat bertanya, ‘Siapa yang mampu melakukannya, wahai Rasulullah?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Dahak yang kamu lihat di dalam masjid lalu kami menimbunnya, atau sesuatu yang (mengganggu) kamu singkirkan dari jalan (termasuk sedekah), kemudian apabila kamu tidak mampu, maka dua raka’at di waktu Dhuha sudah mencukupi bagimu.” [HR Ahmad dan Abu Daud]
:::::..“Wahai anak Adam, ruku’lah untuk-Ku empat rakaat di awal siang, niscaya Aku mencukupimu di akhir siang” [HR At-Tirmidzi 475]
:::::.. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dia bercerita, dia berkata :”Tidak ada yang memelihara shalat Dhuha kecuali orang-orang yang kembali kepada Allah (Awwaab)”. Dan dia mengatakan, “Dan ia merupakan shalatnya orang-orang yang kembali kepada Allah (Awwaabin)”. [HR Ibnu Khuzaimah II/228 dan Al-Hakim I/314]
:::::.. “Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha dua rakaat, maka dia tidak ditetapkan termasuk orang-orang yang lengah. Barangsiapa shalat empat rakaat, maka dia tetapkan termasuk orang-orang yang ahli ibadah. Barangsiapa mengerjakan enam rakaat maka akan diberikan kecukupan pada hari itu. Barangsiapa mengerjakan delapan rakaat, maka Allah menetapkannya termasuk orang-orang yang tunduk dan patuh. Dan barangsiapa mengerjakan shalat dua belas rakaat, maka Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di Surga. Dan tidaklah satu hari dan tidak juga satu malam, melainkan Allah memiliki karunia yang danugerahkan kepada hamba-hamba-Nya sebagai sedekah. Dan tidaklah Allah memberikan karunia kepada seseorang yang lebih baik daripada mengilhaminya untuk selalu ingat kepada-Nya” [HR Ath-Thabrani ]

Puasa Sunnah (Senin-Kamis)


Diantara keutamaan dan keberkahannya, bahwa pintu-pintu surga di buka pada dua hari tersebut, yaitu Senin dan Kamis. Pada saat inilah orang-orang Mukmin diampuni, kecuali dua orang Mukmin yang sedang bermusuhan.
Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
Pintu-pintu Surga di buka pada hari Senin dan Kamis. Maka semua hamba yang tidak menyekutukan Alloh dengan sesuatu apapun akan diampuni dosa-dosanya, kecuali seseorang yang antara dia dan saudaranya terjadi permusuhan. Lalu dikatakan, ‘Tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengampunan terhadap orang ini sampai keduanya berdamai.” (HR. Muslim)
Keutamaan dan keberkahan berikutnya, bahwa amal-amal manusia diperiksa di hadapan Alloh pada kedua hari ini. Sebagaimana yang terdapat dalam shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. Beliau bersabda:
Amal-amal manusia diperiksa di hadapan Alloh dalam setiap pekan (Jumu’ah) dua kali, yaitu pada hari Senin dan Kamis. Maka semua hamba yang beriman terampuni dosanya, kecuali seorang hamba yang di antara dia dan saudaranya terjadi permusuhan…” (HR. Muslim)
Karena itu, selayaknya bagi seorang Muslim untuk menjauhkan diri dari memusuhi saudaranya sesame Muslim, atau memutuskan hubungan dengannya, ataupun tidak memperdulikannya dan sifat-sifat tercela lainnya, sehingga kebaikan yang besar dari Allah Ta’ala ini tidak luput darinya.
Keutamaan hari Senin dan Kamis yang lainnya, bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam sangat antusias berpuasa pada kedua hari ini.
Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, ia mengatakan,
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam sangat antusias dan bersungguh-sungguh dalam melakukan puasa pada hari Senin dan Kamis”. (HR. Tirmidzi, an-Nasa-i, Ibnu Majah, Imam Ahmad)
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menyampaikan alasan puasanya pada kedua hari ini dengan sabdanya,
Amal-amal manusia diperiksa pada setiap hari senin dan Kamis, maka aku menyukai amal perbuatanku diperiksa sedangkan aku dalam keadaan berpuasa.” (HR. At Tirmidzi dan lainnya)
Dalam shahih Muslim dari hadits Abu Qatadah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam pernah ditanya tentang puasa hari Senin, beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab,
Hari tersebut merupakan hari aku dilahirkan, dan hari aku diutus atau diturunkannya Al-Qur’an kepadaku pada hari tersebut.” (HR.Muslim)
Ash-Shan’ani rahimahullah berkata, “Tidak ada kontradiksi antara dua alasan tersebut.” (Lihat Subulus Salam)
Berdasarkan hadits-hadits di atas maka di sunnahkan bagi seorang Muslim untuk berpuasa pada dua hari ini, sebagai puasa tathawwu’ (sunnah).
Keutamaan lain yang dimiliki hari Kamis, bahwa kebanyakan perjalanan (safar) Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam terjadi pada hari Kamis ini.
Beliau menyukai keluar untuk bepergian pada hari Kamis. Sebagaimana tercantum dalam Shahih Bukhari bahwa Ka’ab bin Malik radhiallahu ‘anhu mengatakan:
Sangat jarang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam keluar (untuk melakukan perjalanan) kecuali pada hari Kamis.”
Dalam riwayat lain juga dari Ka’ab bin Malik radhiallahu ‘anhu:
Bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam keluar pada hari Kamis di peperangan Tabuk, dan (menang) beliau suka keluar (untuk melakukan perjalanan) pada hari Kamis.” (HR.Bukhori)

Sedeqah (Zakat & Infaq)

Suatu saat ada seseorang sedang berjalan di sebuah padang yang luas tak berair, tiba-tiba dia mendengar suara dari awan (mendung), “Siramilah kebun si fulan!” Maka, awan itu menepi (menuju ke tempat yang ditunjukkan), lalu mengguyurkan airnya di tanah bebatuan hitam. Ternyata ada saluran air dari saluran-saluran itu yang telah penuh dengan air. Maka, ia menelusuri (mengikuti) air itu.
Ternyata ada seorang laki-laki yang berada di kebunnya sedang mengarahkan air dengan cangkulnya. Kemudian dia bertanya, “Wahai hamba Allah, siapakah nama anda?” Dia menjawab, “Fulan”. Sebuah nama yang didengar dari awan tadi. Kemudian orang itu balik bertanya, “Mengapa anda menenyakan namaku?” Dia menjawab, “Saya mendengar suara dari awan yang ini adalah airnya, mengatakan “Siramilah kebun si fulan!” Yaitu nama anda.
Maka, apakah yang telah anda kerjakan dalam kebun ini?” Dia menjawab, Karena anda telah mengatakan hal ini, maka akan saya ceritakan bahwa saya memperhitungkan (membagi) apa yang dihasilkan oleh kebun ini; sepertiganya saya sedekahkan; sepertiganya lagi saya makan bersama keluarga dan sepertiganya lagi saya kembalikan lagi ke kebun (ditanam kembali). (Hadits Riwayat Muslim, dari Abu Hurairah).
Hadits di atas adalah salah satu contoh kisah nyata dari salah satu keutamaan bersedekah, yaitu Allah SWT tidak akan mengurangi rezeki yang kita sedekahkan, dan bahkan Allah SWT akan mengganti dan melipat gandakannya.
Sedekah tidak mengurangi Rezeki
Allah SWT berfirman dalam surat Saba bahwa Allah SWT akan mengganti sedekah yang kita keluarkan:
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya).’ Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (Q.S. Saba 34:39)
Secara logika, mungkin kita akan berfikir bahwa harta yang kita keluarkan untuk sedekah berarti pengurangan harta yang ada di tangan kita. Tetapi, apa kenyataannya Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa harta seseorang tidak akan berkurang karena disedekahkan:
“Ada tiga perkara yang saya bersumpah atasnya dan saya memberitahukan kepadamu semua akan suatu Hadits, maka peliharalah itu: Tidaklah harta seseorang itu akan menjadi berkurang sebab disedekahkan, tidaklah seseorang hamba dianiaya dengan suatu penganiayaan dan ia bersabar dalam menderitanya, melainkan Allah menambahkan kemuliaan padanya, juga tidaklah seseorang hamba itu membuka pintu permintaan, melainkan Allah membuka untuknya pintu kemiskinan.” (H.R. Tirmidzi, dari Abu Kabsyah, yaitu Umar bin Sa’ad al-Anmari r.a.)
Sedekah membuka pintu rezeki
Rasulullah SAW pernah bersabda “Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah) dengan mengeluarkan sedekah.” (HR. Al-Baihaqi)
Dalam salah satu hadits Qudsi, Allah Tabaraka wataala berfirman: “Hai anak Adam, infaklah (nafkahkanlah hartamu), niscaya Aku memberikan nafkah kepadamu.” (H.R. Muslim)
Dalam hadits lain yang dinarasikan oleh Abu Hurairah r.a., Nabi SAW pernah bersabda: “Tidak ada hari yang disambut oleh para hamba melainkan di sana ada dua malaikat yang turun, sala satunya berkata: “Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang-orang yang berinfaq.” Sedangkan (malaikat) yang lainnya berkata: “Ya Allah berikanlah kehancuran kepada orang-orang yang menahan (hartanya).” (H.R. Bukhari – Muslim)
Ada satu kisah pada zaman Nabi SAW yang mana seseorang yang banyak hutang berdiam di masjid di saat orang-orang bekerja. Ketika ditanya oleh Nabi SAW, orang tersebut menjawab bahwa ia sedang banyak hutang. Yang menarik adalah Nabi SAW mengajarkan beliau sebuah doa, yang mana doa tersebut tidak menyebut sama sekali “Bukakanlah pintu rezeki” atau “Perbanyaklah rezeki saya sehingga bisa membayar hutang.”
Tetapi doa yang diajarkan oleh Nabi SAW adalah meminta perlindungan dari rasa malas dan bakhil (pelit). Hadits-hadits di atas menjelaskan tentang doa ini, bahwa ketidakpelitan seseorang untuk bersedekah membuka pintu rezeki orang tersebut. Doa tersebut adalah: “Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu daripada kegundahan dan kesedihan, daripada kelemahan dan kemalasan, daripada sifat pengecut dan bakhil (pelit), daripada kesempitan hutang dan penindasan orang.”
Sedekah melipat gandakan rezeki
Bukan saja sedekah membuka pintu rezeki seseorang, tetapi bahkan bersedekah juga melipat-gandakan rezeki yang ada pada kita.
Rasulullah SAW pernah bersabda: “Barangsiapa bersedekah dengan sesuatu senilai satu buah kurma yang diperolehnya dari hasil kerja yang baik, bukan haram dan Allah itu tidak akan menerima kecuali yang baik. Maka, sesungguhnya Allah akan menerima sedekah orang itu dengan tangan kanannya, sebagai kiasan kekuasaanNya, kemudian memperkembangkan pahala sedekah tersebut untuk orang yang melakukannya, sebagaimana seseorang dari engkau semua memperkembangkan anak kudanya sehingga menjadi seperti gunung, yakni memenuhi lembah gunung karena banyaknya.” (Muttafaq ‘alaih, dari Abu Hurairah r.a.)
Janji Allah SWT dalam Al-Qur’an bahwa Allah akan melipat-gandakan sedekah kita menjadi 700x lipat:
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah 2:261)
Sedekah Menjaga Warisan
Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah seorang yang bersedekah dengan baik kecuali Allah memelihara kelangsungan warisannya.” (H.R. Ahmad)
Di dalam Surat Al-Kahfi ada kisah tentang perjalanan Nabi Musa AS dengan Khidir. Di dalam kisah tersebut Khidir memperbaiki diding rumah dari dua anak yatim, dan menjelaskan bahwa di bawah dinding tersebut ada harta warisan dari orang tua mereka yang soleh. Khidir memperbaiki dinding tersebut agar harta warisan tersebut tetap pada tempatnya sampai sang anak menjadi dewasa. Demikianlah salah satu contoh bagaimana Allah SWT melindungi warisan seseorang.
Sedekah adalah Naungan kita di hari kiamat
Rasulullah SAW bersabda “Naungan bagi seorang mukmin pada hari kiamat adalah sedekahnya.” (HR. Ahmad)
Dalam hadist lain, Rasulullah SAW pernah bersabda tentang tujuh orang yang diberi naungan oleh Allah SWT pada hari yang mana tidak ada naungan kecuali naungan dari-Nya. Salah satu orang yang diberi naungan pada hari itu adalah orang yang bersedekah dengan tangan kanan, tetapi tangan kirinya tidak mengetahuinya.
Sedekah Menjauhkan diri kita dari api neraka
Rasulullah SAW bersabda: “Jauhkan dirimu dari api neraka, walaupun hanya dengan (sedekah) sebutir kurma.” (Mutafaqalaih)
Allah SWT juga berfirman bahwa salah satu ciri dari orang yang bertaqwa yang akan masuk surga adalah orang yang bersedekah di waktu lapang maupun sempit.
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Q.S. Ali Imran 3:133-134).
Sedekah Mengurangi kesakitan kita di sakaratul maut
Dalam buku Fiqh-Us-Sunnah karangan Sayyid Sabiq, disebutkan Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sedekah meredakan kemarahan Allah dan menangkal (mengurangi) kepedihan saat maut (Sakratulmaut).”
Rasulullah SAW juga pernah bersabda, “Sedekah dari seorang Muslim menigkatkan (hartanya) dimasa kehidupannya. Dan juga meringankan kepedihan saat maut (Sakratulmaut), dan melauinya (sedekah) Allah menghilangkan perasaan sombong dan egois. (Fiqh-us-Sunnah vol. 3, hal 97)
Sedekah Mengobati orang sakit
Rasulullah SAW bersabda, “Bentengilah hartamu dengan zakat, obati orang-orang sakit (dari kalanganmu) dengan bersedekah dan persiapkan doa untuk menghadapi datangnya bencana.” (H.R. Ath-Thabrani)
Sedekah untuk janda dan orang miskin diibaratkan seperti orang yang berpuasa terus menerus.
Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang mengusahakan bantuan (pertolongan) bagi janda dan orang miskin ibarat berjihad di jalan Allah dan ibarat orang shalat malam. Ia tidak merasa lelah dan ia juga ibarat orang berpuasa yang tidak pernah berbuka.” (H.R. Bukhari)
Quality adalah lebih baik dari Quantity
Bersedekah satu dolar bisa jadi lebih baik dari pada bersedekah seratus ribu dollar. Jika seseorang hanya memiliki dua dollar kemudian disedekahkannya satu dollar, maka sedekah tersebut adalah lebih baik dari pada sedekah dari seseorang Billioner, tetapi hanya mensedekahkan seratus ribu dollar.
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Satu dirham memacu dan mendahului seratus ribu dirham.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana itu?” Nabi SAW menjawab, “Seorang memiliki (hanya) dua dirham. Dia mengambil satu dirham dan bersedekah dengannya, dan seorang lagi memiliki harta benda yang banyak, dia mengambil seratus ribu dirham untuk disedekahkannya. (H.R. An-Nasaa’i)
Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, “Sedekah yang bagaimana yang paling besar pahalanya?” Nabi SAW menjawab, “Saat kamu bersedekah hendaklah kamu sehat dan dalam kondisi pelit (mengekang) dan saat kamu takut melarat, tetapi mengharap kaya. Jangan ditunda sehingga ruhmu di tenggorokan baru kamu berkata untuk Fulan sekian dan untuk Fulan sekian.” (H.R. Bukhari)

No comments:

Post a Comment